Halaman

Jumat, 24 Februari 2012

UJI BENEDICT


BAB 1
  1. PENDAHULUAN
Uji benedict adalah uji kimia untuk mengetahui kandungan gula (karbohidrat) pereduksi. Gula pereduksi meliputi semua jenis monosakarida dan beberapa disakarida seperti laktosa dan maltosa.
 Nama Benedict merupakan nama seorang ahli kimia asal Amerika, Stanley Rossiter Benedict (17 Maret 1884-21 Desember 1936). Benedict lahir di Cincinnati dan studi di University of Cincinnati. Setahun kemudian dia pergi ke Yale University untuk mendalami Physiology dan metabolisme di Department of Physiological Chemistry.
Pada uji Benedict, pereaksi ini akan bereaksi dengan gugus aldehid, kecuali aldehid dalam gugus aromatik, dan alpha hidroksi keton. Oleh karena itu, meskipun fruktosa bukanlah gula pereduksi, namun karena memiliki gugus alpha hidroksi keton, maka fruktosa akan berubah menjadi glukosa dan mannosa dalam suasana basa dan memberikan hasil positif dengan pereaksi benedict.
Satu liter pereaksi Benedict dapat dibuat dengan menimbang sebanyak 100 gram sodium carbonate anhydrous, 173 gram sodium citrate, dan 17.3 gram copper (II) sulphate pentahydrate, kemudian dilarutkan dengan akuadest sebanyak 1 liter.
Untuk mengetahui adanya monosakarida dan disakarida pereduksi dalam makanan, sample makanan dilarutkan dalam air, dan ditambahkan sedikit pereaksi benedict. Dipanaskan dalam waterbath selamaa 4-10 menit. Selama proses ini larutan akan berubah warna menjadi biru (tanpa adanya glukosa), hijau, kuning, orange, merah dan merah bata atau coklat (kandungan glukosa tinggi).
Sukrosa (gula pasir) tidak terdeteksi oleh pereaksi Benedict. Sukrosa mengandung dua monosakrida (fruktosa dan glukosa) yang terikat melalui ikatan glikosidic sedemikian rupa sehingga tidak mengandung gugus aldehid bebas dan alpha hidroksi keton. Sukrosa juga tidak bersifat pereduksi.
  1. LATAR BELAKANG
Uji benedict dilakukan untuk mengetahui adanya gula pereduksi dalam suatu larutan dengan indicator yaitu adanya perubahan warna khususnya menjadi merah bata.
  1. TUJUAN
  • Mengetahui Uji benedict pada karbohidrat (laktosa)
  • Untuk mengamati struktur beberapa karbohidrat (laktosa) melalui sifat reaksinya dengan beberapa reagen uji.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Karbohidrat merupakan polihidroksi aldehida atau keton, atau senyawa yang menghasilkan senyawa ini bila dihidrolisa. Secara umum terdapat tiga macam karbohidrat berdasarkan hasil hidrolisisnya, yaitu monosakarida, oligosakarida, dan polisakarida. Oligosakarida adalah rantai pendek unit monosakarida yang terdiri dari 2 sampai 10 unit monosakarida yang digabung bersama-sama oleh ikatan kovalen dan biasanya bersifat larut dalam air. Polisakarida adalah polimer monosakarida yang terdiri dari ratusan atau ribuan monosakarida yang dihubungkan dengan ikatan 1,4-a-glikosida (a=alfa)
Didalam dunia hayati, kita dapat mengenal berbagai jenis karbohidrat, baik yang berfunsi sebagai pembangun struktur maupun yang berperan funsional dalam proses metabolisme. Berbagai uji telah dikembangkan untuk analisis kualitatif maupun kuantitatif terhadap keberadaan karbohidrat, mulai dari yang membedakan jenis-jenis karbohidrat dari yang lain sampai pada yang mampu membedakan jenis-jenis karbohidrat secara spesifik. Uji reaksi tersebut meliputi uji Molisch, Barfoed, Benedict, Selliwanof dan uji Iod.
Karbohidrat dikelompokkan menjadi empat kelompok penting yaitu monosa-karida, disakarida, oligosakarida, dan polisakarida. Monosakarida merupakan karbohidrat yang tidak dapat dihidrolisis dan tidak kehilangan sifat gulanya. Contoh dari monosakarida adalah ribosa, arabinosa, fruktosa, glukosa, dan lainnya. Golongan monosakarida ini biasanya dikelompokkan dalam triosa, tetrafosfat, pentosaheksosa, dan heptosa. Disakarida merupakan karbohidrat yang bila dihidrolisis menghasilkan dua monosakarida yang sama atau berbeda. Contohnya adalah sukrosa yang jika dihidrolisis akan menghasilkan glukosa dan fruktosa. Oligosakarida merupakan karbohidrat yang bila dihidrolisis menghasilkan tiga hingga sepuluh monosakarida. Contohnya adalah raffinosa yang dihidrolisis menghasilkan glukosa, fruktosa, dan galaktosa. Kelompok karbohidrat yang terakhir adalah polisakarida yang merupakan polimer monosakarida yang memiliki bobot molekul yang tinggi. Bila dihidrolisis akan menghasilkan lebih dari sepuluh monosakarida. Contohnya adalah amilum, dekstrin, glikogen, selulosa dan lainnya.
Monosakarida
Monosakarida ialah karbohidrat yang sederhana, dalam arti molekulnya hanya terdiri atas beberapa atom karbon saja dan tidak dapat diuraikan dengan cara hidrolisis dalam kondisi lunak menjadi karbohidrat lain. Nama gula aldosa dan ketosa menunjukkan ciri kimia bentuk yang mereduksi dari gula itu. Monosakarida mempunyai sifat dapat mereduksi, terutama dalam suasana basa Untuk mengenal monosakarida lebih lanjut, berikut ini beberapa monosakarida.
a. Glukosa
Glukosa adalah suatu aldoheksosa dan sering disebut dekstrosa. Di alam, glukosa terdapat dalam buah-buahan dan madu lebah. Dalam alam glukosa dihasilkan dari reaksi antara karbondioksida dan air dengan bantuan sinar matahari dan klorofil dalam daun, atau yang disebut dengan peristiwa fotosintesis.
Dalam praktikum uji kemanisan relatif, glukosa diberi nilai 80 yang artinya bahwa glukosa masih kalah manis dibanding Sukrosa yang menjadi patokan dengan nilai 100. Dalam uji benedict, glukosa yang diteteskan dalam larutan benedict berubah warna menjadi hijau ada endapan merah bata hal ini terjadi karena larutan Benedict terdiri dari Cu-sulfat. Apabila ia di didihkan dalam gula monosakarida, gula itu akan “menurunkan” larutan asal untuk menjadi kuprum oksida (CuO). Dalam uji barfoed, glukosa tidak mengalami perubahan hal ini menunjukan bahwa glukosa adalah monosakarida. Begitu pun halnya pada seliwanoff, glukosa tidak mengalami perubahan.
b. Fruktosa
Madu lebah selain glukosa juga mengandung fruktosa. Fruktosa adalah suatu ketoheksosa yang sering disebut juga levulosa. Fruktosa mempunyai rasa lebih manis daripada glukosa, juga lebih manis dari sukrosa.
Dalam praktikum uji kemanisan relative, fruktosa diberi nilai 120. Ketika fruktosa di uji dengan benedict, fruktosa yang diteteskan kemudian dipanaskan berubah menjadi terdapat endapan merah. Dalam uji barfoed, fruktosa tidak mengalami perubahan hal ini menunjukan bahwa fruktosa adalah monosakarida. Fruktosa dapat di bedakan dari glukosa dengan pereaksi seliwanoff. Dengan pereaksi ini mula-mula fruktosa diubah menjadi hidroksimetilfurfural yang selanjutnya bereaksi dengan resorsinol membentuk senyawa yang berwarna merah. Pereaksi seliwanoff ini khas untuk menunjukkan adanya ketosa. Fruktosa berikatan dengan glukosa membentuk sukrosa.
Oligosakarida
Senyawa yang termasuk Oligosakarida mempunyai molekul yang terdiri atas beberapa molekul monosakarida. Dua molekul monosakarida yang berikatan satu sama lain, membentuk satu molekul disakarida. Oligosakarida yang terdapat paling banyak di alam adalah disakarida.
 a. Sukrosa
Sukrosa adalah gula yang kita kenal sehari-hari, baik baik yang berasal dari tebu atau dari bit, sukrosa terdapat pula dalam tumbuhan, misalnya dalam buah nanas dan dalam wortel. Sukrosa merupakan oligosakarida. Dengan hidrolisis sukrosa akan terpecah menjadi glukosa dan fruktosa. Sukrosa tidak mempunyai sifat dapat mereduksi ion-ion Cu++ atau Ag+ .
Dalam praktikum uji kemanisan relative, Sukrosa diberi nilai 100. Ketika sukrosa di uji dengan benedict, kemudian dipanaskan warnanya berubah menjadi orange. Hal ini terjadi karena sukrosa dapat mereduksi ion Cu++ . dalam uji barfoed sukrosa tidak mengalami perubahan.Begitu pula dalam uji seliwanoff, tidak terjadi perubahan.
b. Maltosa.
Maltosa adalah suatu disakarida yang terbentuk dari dua molekul glukosa. Maltosa masih mempunyai sifat mereduksi. Maltosa mudah larut dalam air dan mempunyai rasa lebih manis daripada laktosa, tetapi kurang manis daripada sukrosa. Hal ini terbukti dalam uji kemanisan relative dimana maltosa diberi nilai 70.
Dalam uji benedict, maltosa terjadi endapan kuning.hal ini terjadi karena maltosa mempunyai sifat mereduksi. Dalam uji barfoed pun maltosa mengalami sedikit endapan, hal ini menunjukkan maltosa sebagai disakarida. Pada uji seliwanoff, maltosa berubah warna menjadi merah.
c. LaktosaLaktosa bila dihidrolisis akan menghasilkan galaktosa dan glukosa.Laktosa pun masih mempunyai sifat mereduksi. Dalam susu terdapat laktosa yang sering disebut gula susu. Pada wanita yang sedang menyusui, lakyosa kadang-kadang terdapat dalam urine dengan konsentrasi rendah. Laktosa memiliki rasa yang kurang manis.
Dalam uji benedict, laktosa terjadi endapan. hal ini terjadi karena laktosa mempunyai sifat mereduksi.pada uji barfoed laktosa terjadi endapan. Sedangkan pada uji seliwanoff laktosa tidak mengalami perubahan.
Laktosa adalah bentuk disakarida dari karbohidrat yang dapat dipecah menjadi bentuk lebih sederhana yaitu galaktosa dan glukosa. Laktosa ada di dalam kandungan susu, dan merupakan 2-8 persen bobot susu keseluruhan.
Pencernaan laktosa
Mamalia yang baru dilahirkan disusui oleh induknya. Air susu ini kaya dengan laktosa. Untuk mencerna air susu digunakan enzim laktase. Enzim ini membelah molekul laktosa menjadi dua bagian: glukosa dan galaktosa, yang kemudian dapat diserap usus.
Pada kebanyakan mamalia produksi enzim pencernaan laktase ini berangsur-angsur menurun seiring dengan semakin bertambahnya umur. Ini juga terjadi pada manusia.Ketidakmampuan mencerna laktosa ini menyebabkan intoleransi laktosa. Orang yang mempunyai masalah intoleransi laktosa tidak boleh mengkonsumsi produk makanan dan minuman yang mengandung laktosa.
Banyak orang yang tinggal di Eropa, Timur Tengah, India, dan sebagian Afrika Timur mempertahankan produksi laktase normal sampai masa dewasa. Di banyak daerah ini, susu dari mamalia seperti sapi, kambing, dan biri-biri digunakan sebagai sumber gizi. Karena itu di daerah-daerah tersebutlah gen untuk produksi laktase seumur hidup pertama kali berkembang. Gen toleransi laktosa telah berkembang secara terpisah di berbagai etnis.
Kedudukan karbohidrat sangatlah penting pada manusia dan hewan tingkat tinggi lainnya, yaitu sebagai sumber kalori. Karbohidrat juga mempunyai fungsi biologi lainnya yang tak kalah penting bagi beberapa makhluk hidup tingkat rendah, ragi misalnya, mengubah karbohidrat (glukosa) menjadi alkohol dan karbon dioksida untuk menghasilkan energi
C6H12O6 ——> 2C2H5OH + 2CO2 + energi
Karbohidrat merupakan senyawa organik yang terbentuk dari molekul karbon, hidrogen, dan oksigen dengan rasio H:O – 2:1. Semua karbohidrat berasal dari tanaman yang diproduksi melalui proses fotosintesis. Melalui fotosintesis, klorofil tanaman dengan bantuan sinar matahari membentuk karbohidrat (C6H12O6) dan karbondioksida (CO2) yang berasal dari udara dan air. Karbohidrat yang dihasilkan adalah karbohidrat sederhana glukosa, selain itu dihasilkan pula oksigen yang dilepas ke udara.
Karbohidrat dapat dibedakan menjadi dua jenis yaitu karbohidrat seder-hana dan karbohidrat kompleks. Contoh dari karbohidrat sederhana adalah mono-sakarida seperti glukosa, fruktosa dan galaktosa; atau juga disakarida seperti sukrosa dan laktosa. Jenis-jenis karbohidrat sederhana ini dapat ditemui terkandung di dalam produk pangan seperti madu, buah-buahan, dan susu. Sedangkan contoh dari karbohidrat kompleks adalah pati (starch), glikogen (simpanan energi di dalam tubuh), dan selulosa; atau dalam konsumsi sehari-hari karbohidrat kompleks dapat ditemui terkandung di dalam produk pangan seperti, nasi, kentang, jagung, singkong, ubi, pasta, roti dan sebagainya (Irawan 2007). Selanjutnya, polisakarida terbagi menjadi polisakarida tercerna (pati, dekstrin) dan polisakarida tidak tercerna (selulosa, hemi-selulosa, lignin, pektin).
Karbohidrat memberi rasa manis pada makanan, khususnya mono dan disakarida. Gula tidak mempunyai rasa manis yang sama. Fruktosa adalah gula paling manis. Bila tingkat kemanisan sakarosa diberi nilai satu, maka tingkat kemanisan fruktosa adalah 1,7; glukosa 0,7; maltosa 0,4; dan laktosa 0,2.
Karbohidrat itu bersamaan sifat kimianya dan berhubungan dengan gugus -OH, gugus aldehida dan keton. Uji pada karbohidrat biasanya termasuk sifat mereduksi. Monosakarida dan beberapa disakarida dapat mereduksi terutama dalam suasana basa. Sifat ini karena adanya gugus aldehida atau benda keton dalam karbohidrat. Sifat mereduksi terlihat pada reaksi reduksi ion logam seperti ion Cu2+ dan ion Ag+ pada pereaksi tertentu yaitu pereaksi Fehling, pereaksi Benedict, pereaksi Barfoed, dll. Dalam larutan asam encer, walaupun dipanaskan, monosakarida umumnya stabil, namun pada asam kuat yang pekat, monosakarida menghasilkan furfural atau derivatnya. Reaksi pembentukan furfural ini adalah reaksi dehidrasi atau pelepasan molukel air dari suatu senyawa. Pentosa hampir secara kuantitatif semuanya terdehidrasi menjadi furfural. Heksosa menghasilkan hidroksimetilfurfural. Karena furfural dan derivatnya ini membentuk senyawa berwarna, maka reaksi ini bisa dipakai untuk uji karbohidrat..
Untuk menentukan adanya karbohidrat secara umum digunakan uji Molisch yang bertujuan untuk menentukan atau mengidentifikasi adanya karbohidrat (Monoskarida, Disakarida, dan Polisakarida) pada bahan yang uji. Reaksi ini berdasarkan pembentukan furfural atau derivat-derivat dari karbohidrat yang didehidrasi oleh Asam Sulfat pekat.
Dalam suasana Alkalis sakarida akan membentuk enidid yang mudah teroksidasi. Semua monosakarida dan disakarida kecuali Sukrosa dan trekalosa akan bereaksi positif bila dilakukan uji Benedict. Larutan-larutan tembaga yang alkalis bila direduksi oleh karbohidrat yang mempunyai gugus aldehid atau keton bebas akan membentuk Cupro Oksida (Cu2O) yang berwarna hijau, merah, orange, atau merah bata dan adanya endapan merah bata pada dasar tabung reaksi. Uji benedict bertujuan untuk menunjukkan adanya zat-zat yang mereduksi dalam suasana alkalis dan dapat membedakan sakarida (gula) yang dapat mereduksi dan sakarida yang tidak dapat mereduksi.
Untuk menentukan adanya gula yang mengandung gugus keton digunakan uji Selliwanof. Prinsip reaksi berdasarkan atas pembentukan 4-Hidroksi metil furfural yang akan membentuk suatu senyawa berwarna ungu dengan adanya resorsinor (1,3-dihidroksi metil benzen) reaksi ini spesifik untuk ketosa yang ditandai dengan hasil reaksi berubah warna menjadi merah yang disebabkan perubahan fruktosa oleh asam klorida panas menjadi asam levulirat dan hidroksi metil fulfural, selanjutmya kondensasi hidroksi metil fulfural dengan resersiral menghasilkan senyawa Hidroksimetil Furfural.


BAB III
METODE PENELITIAN
Alat dan bahan;
Ø  uji benedict
Bahan;  a. larutan glukosa 1%                         alat ;  a. gelas ukur
             b. larutan sukrosa 1%                                   b. pemanas
             c. larutan laktosa 1%                                    c. tabung reaksi
             d. larutan pati 1%                                        d.  timbangan
Pereksi reagen benedict: larutkan 34,6 gr Na-sitrat + 20 gr Na-karbonat dalam 180 ml air aduk dan saring. Kemudin tambahkan larutan 3,46 gr CuSO4 dalam 20 ml air. Genapkan menjadi 200 ml.
·         Uji Benedict pada karbohidrat
a. Disiapkan empat tabung reksi yang yang nantinya akan isi dengan glukosa 1%, sukrosa 1%, laktosa 1%, larutan pati 1%.
b. Kedalam seluruh tabung reaksi di masukan 5 ml reagen benedict dan 8 tetes larutan percobaan, lalu campur merata.
c. Perhatikan warna yang terjadi serta ada tidaknya pembentukan endapan.

Uji Benedict
a. Sebelum dipanaskan
Nama kabohidrat
Warna yang terjadi
Ada/tidak ada endapan
Glukosa 1%
Biru
-
Sukrosa 1%
Biru
-
Laktosa 1%
Biru
-
Larutan pati 1%
Biru
-

b. setelah dipanaskan
Nama kabohidrat
Warna yang terjadi
Ada/tidak ada endapan
Glukosa 1%
Permukaan berwarna coklat
Memiliki endapan berwarna merah
Sukrosa 1%
-
-
Laktosa 1%
Merah bata
Memiki endapan berwarna merah
Larutan pati 1%
-
-
Berikut reaksi yang berlangsung:
O     O
    
R— C—H + Cu2 + 2OH → R — C — OH + Cu2O
Gula Pereduksi Endapa
BAB IV
PEMBAHASAN
Uji Benedict
Berdasarkan atas hasil pengamatan, diketahui hanya pada glukosa dan laktosa yang setelah di uji benedict melihatkan adanya perubahan warna yaitu merah bata dan coklat sedangkan pada sukrosa dan larutan pati tidak menunjukan adanya perubahan.
Sehingga dapat diketahui bahwa larutan glukosa dan laktosa merupakan gula pereduksi. Hal ini di karenakan glukosa mampu mereduksi senyawa pengoksidasi, di mana ujung pereduksinya adalah ujung yang mengandung aldehida. Sedangkan pada laktasa yang menghasilkan D-glukosa dan D-galaktosa , dimana laktaso memiliki gugus karbonil yang berpotensi bebas pada residu gula glukosa, sehingga laktasa adalah disakarida pereduksi.
Pada sukrosa dan larutan pati tidak menunjukan adanya perubahan sehingga kedua karbohidrat ini tidak merupakan pereduksi. Hal ini dikarenakan sukrosa tidakj mengandung atam karbon anomer bebas, Karena atom karbon kedua anomernya yaitu yang terdapat pada glukosa dan fruktosa berikatan satu sama lainnya. Seeding pati tersusun dari D-glukosa yang banyak.
Benedict Reagen digunakan untuk menguji atau memeriksa kehadiran gula pereduksi dalam suatu cairan. Monosakarida yang bersifat redutor, dengan diteteskannya Reagen akan menimbulkan endapan merah bata. Selain menguji adanya gula pereduksi, juga berlaku secara kuantitatif, karena semakin banyak gula dalam larutan maka semakin gelap warna endapan.

Dalam asam, polisakarida atau disakarida akan terhidrolisis parsial menjadi sebagian kecil monomernya. Hal inilah yang menjadi dasar untuk membedakan antara polisakarida, disakarida, dan monosakarida. Monomer gula dalam hal ini bereaksi dengan fosfomolibdat membentuk senyawa berwarna biru. Dibanding dengan monosakarida, polisakarida yang terhidrolisis oleh asam mempunyai kadar monosakarida yang lebih kecil, sehingga intensitas warna biru yang dihasilkan lebih kecil dibandingkan dengan larutan monosakarida.

                                                           PENUTUP
·         Kesimpulan
laktosa merupakan gula pereduksi, hal ini disebabakan adanya gugus karbonil yang berpotensi bebas pada residu glukosa dimana ujung pereduksinya adalah yang mengandung aldehida. Sedangkan larutan sukrosa dan pati tidak merupakan senyawa pereduksi karena sukrosa tidak memilki atom karbon anomer bebas. Adanya gula reduksi pada suatu larutan ditandai dengan adanya perubahan warna khususnya merah tua pada larutan.
Benedict Reagen digunakan untuk menguji atau memeriksa kehadiran gula pereduksi dalam suatu cairan. Monosakarida yang bersifat redutor, dengan diteteskannya Reagen akan menimbulkan endapan merah bata. Selain menguji adanya gula pereduksi, juga berlaku secara kuantitatif, karena semakin banyak gula dalam larutan maka semakin gelap warna endapan.


DAFTAR PUSTAKA
1. Lehninger. 1982. Dasar-Dasar Biokimia. Jilid 1. Erlangga.
2. Dawn. B, Mark, dkk. Biokimia Kedokteran Dasar. EGC.
3. Lubert Stryer. 2000. Biokimia. EGC.
4. DeMan, John M, PhD. 1997. Kimia Makanan. Penerbit ITB : Bandung
5. Winarno, F. G. 1997. Kimia Pangan dan Gizi. PT. Gramedia Pustaka Utama : Jakarta

Tidak ada komentar:

Posting Komentar